Selasa, 04 Agustus 2009

Lima Manajemen Kepemimpinan di Muna

Kendari Ekspres (Raha:Sabtu, 25 Juli 2009)
Catatan: Ishak Junaidy
Manajemen kepemimpinan di Muna paling tidak ada lima teknik yang aktual dewasa ini. Tidak perlu diragukan lagi sukses penerapanya, antara lain managemen tepuk bahu, managemen peta konflik, managemen ketergantungan dan managemen kambing hitam.
Seorang ada yang menguasai satu, dua teknik. Beberapa orang lagi ada yang memadukan tiga atau empat teknik, serta ada pula yang menguasai semuanya dengan sempurna. Teknik pertama managemen tepuk bahu.
Tak terbayang betapa girang rasanya bila ditegur sapa pejabat, apalagi memuji hasil karya atau sebuah pekerjaan. Sembari menepuk bahu, perlakuan itu sungguh menjadi motifasi yang luar biasa, tak bisa tergantikan dengan tropi, piagam atau uang. Kalau tepuk bahu terus, lama-kelamaan sakit juga,”ah, padamu negri terus kah ini”. Kedua, managemen peta konflik. Ada yang gemar sepertinya memupuk kesenangan dengan konflik disekitarnya. Tak jarang justru sengaja diciptakan. Beberapa orang menjadi besar dari konflik. Taktiknya, dalam konflik akan muncul pahlawan.
Tapi beberapa tipe kepemimpinan di Muna menerapkanya dengan cara yang agak berbeda dan kreaktif. Ini agak unik dan sepertinya menyimpang dari teori umum. Ia tidak sekedar memunculkan pahlawan, melainkan ia juga melanggengkan konflik. Orientasinya menjadi banyak capaian.
Entah sengaja atau memang tidak solutif. Jika pegadaian menggunakan prinsip mengatasi masaalah tanpa masaalah, maka yang ini prinsipnya: mengatasi masaalah dengan masaalah baru.
Ketiga, managemen ketergantungan. Menciptakan kemiskinan masal. Prinsipnya hanya ia seorang yang kaya. Ia seorang yang punya mata air, orang lain hanya di beri tetesan-tetesan. Ketika ada yang kehausan, tak ada lagi yang bisa menolong kecuali dia. Lalu tiba-tibasang tokoh muncul disaat kritis dan tak terduga , dengan seteguk air.
Di mata awam, tak pelak ia akan dianggap pahlawan, dermawan yang baik hati, dan dielu-elukan bak dewata. Metode ini perlu pemiskinan yang direncanakan, diciptakan. Cuma tidak enak kalau di-APBD-kan. Kemiskina karena pemiskinan. Miskin di identikan dengan kebodohan. Sebuah kebodohan karaena pembodohan.
Keempat, managemen kambing hitam. Beberapa pemimpin tidak senang dikelilingi oleh orang cerdas, sebab dianggap membahayakan. Ia juga tidak perduli profesionalisme karena itu menghalang (pendebat). Tipe ini mengagungkan penghambaan (perbudakan). Tidak perlu menghaba laksana raja dan ham ba sahaya, tapi penghambaan mental dan pikiran.
Ia butuh loyalisme buta, yang rela memerangkan apa saja termasuk menjadi tumbal, kambing hitam, saat sesuatu yang buruk terjadi. Maka itu, summa cumlude tidak bakalan laku, yang dipakai justru summa nauzubillah. Pada iklim ini bisa saja guru SD jadi camat, atau ada kepala rumah tangga rujab tiba-tiba menjadi kepala dinas.
Tapi ada orang yang menguasai teknik kepemimpinan. Ia menguasai managemen tepuk bahu untuk motifasi dan terutama mereka yang bermental gila puji dan cari muka. Ia juga mengusai managemen petakonflik untuk popularitas, managemen ketergantungan untuk memupuk penghambaan masal, menguasai managemen kambing hitam untuk buang sial.

Read More...